KRL Story - "K"

04.46

Inilah janjiku tentang cerita KRL kemarin :3
Btw, ini adalah cerita karangan K :D


-KRL-
"Our futures"
***

*PRANGG!! BRUK BRUK!! DUAK!!*
"Sudah kubilang! Jangan menjelek-jelekkan yaoi didepanku! KAU CARI MATI!?!?"
Gadis itu berteriak lalu melempar kaleng kosong di tangan kirinya dengan galak.
Matanya terlihat berapi-api menatap orang didepannya.

"A-aku hanya-.. I-itu kan pendapat se-semua orang." Kata orang didepan gadis itu. Ia terlihat babak belur dan ketakutan ditempatnya.

"Kau! A-". "LUCY!!" Perkataan gadis itu terpotong oleh panggilan salah seorang temannya, ia menoleh ke belakang.

"Ck, Ragna kau menggangguku.. ada perlu apa hah?" Tanya gadis itu-Lucy dengan ketus.

"Jangan ceroboh-", bisik siswa yang memanggilnya tadi-Ragna, "Katou sedang menunggu kita. Ayo pergi." Lanjut Ragna sambil menyeret Lucy.

"Heeeeeeh... aku belum selesai dengan kecoak itu.. hadeeh" keluh gadis itu.

***

"KYAAAA~ Lucy-Senpaaai!!!"
"Lucy-kuuuuun~~ daisuukii"
"Kalian tidak normal- RAGNAAAA~!!"
"Kyaa kyaaa"

Begitulah keributan yang terjadi setelah Lucy dan Ragna pergi dari tempat tadi-belakang sekolah, ke tempat yang lebih ramai-koridor.

"Hee hai ehehe." Lucy hanya cengengesan saat melihat fans-fansnya yang lebih ribut itu.

"Ah. Terlalu ribut." Ragna malah mengeluh sambil mempercepat langkahnya.


-Di kelas-

Terlihat isi kelas yang begitu sunyi, hanya suara ketikan keyboardlah yang terdengar disana. Seorang gadis dengan kunciran tinggi sedang asyik mengetik sesuatu di Laptopnya. Wajahnya yang pucat terlihat begitu serius sambil sesekali melirik pintu.
*BRAAK!!*-pintu digembrak.
Gadis berkuncir itu menoleh kaget ke pintu itu.
"Hey kalian-"
"Apa maksudmu Ragna!? Aku belum selesai membantai kecoak itu! Uuh menyeret orang seenaknya saja.." Teguran si gadis berkuncir tadi terpotong oleh ocehan Lucy.

"Ck, kau hanya membesar-besarkannya. Lagipula kau hanya ingin membela sesuatu yang abnormal." Jawab Ragna dengan santai tanpa nada atau wajah bersalah.

"Aih.." Lucy membuang muka dengan pasrah.

...

"H-hey.." Gadis berkuncir tadi mulai bersuara kembali.

"Oh Katou!" Lucy bersuara dengan lantang dan berjalan cepat kearah gadis berkuncir- Katou, diikuti oleh Ragna.

"Kau sedang apa?" Lucy mengintip apa yang terpampang di layar monitor laptop temannya itu.
"Woaah.. kualitas menulismu semaki meningkat saja! Kau benar-benar populer di website itu ya."

"Kau harus mencoba menulis cerita romantis sesekali." Kata Ragna ikut berkomentar.

"Tidak tidak. Tulislah cerita yaoi!" Komen Lucy.

"Ck, aku tidak tertarik dengan yang seperti itu, maaf saja ya." Kata Katou dengan nada sombong sambil memeletkan lidahnya.

"Heee kenapa kau-"

Dan percakapan mereka bersambung hingga bel menghentikannya.

***

"Stuck in you wonderland-tik" orang itu langsung mengangkat handphonenya.

"Pertemuan hari ini jam 20.00 ditempat biasa-tik" Dan sambungan dimatikan oleh si penelepon.

***

*BRAAAKK!* Suara pintu didobrak dengan keras.
"Sttt.. Hentikan kebiasaanmu itu." Sebuah suara berat menginterupsi keributan yang dibuat oleh rekannya. Sedangkan yang ditegur hanya mengangguk.
Mereka berdua pun masuk ke rumah besar itu dengan perlahan.

"SIAPA KALIAN!?" Teriak kaget seorang wanita muda yang datang dari salah satu ruangan disana.

Kedua orang tadi saling memberikan kode dan langsung bergerak cepat ke arah wanita tadi.
"KYAAAAAAAAAAAA!" Wanita tadi berteriak kuat. Ia berlari masuk kembali ke ruangan tadi dan menguncinya. Sedikit lambat, ia akan berhasil ditangkap oleh orang-orang tadi.

"Kalian! Siapa kalian, hah!? Aku akan lapor polisi!!" Teriak wanita tadi dari dalam ruangan.

"Silahkan." Ucap singkat kedua orang tadi dengan datar dan serempak.

"Grr.." Di dalam ruangan, wanita itu mencari-cari handphonenya. Ia panik dan ketakutan, seingatnya ia meletakkan handphonenya di atas meja, tetapi ia tidak menemukannya disana.
Ia berjalan ke tempat tidur di samping lemari untuk mencari handphonenya, tapi-

"Mencari ini?" Sebuah suara mengagetkannya dari belakang, wanita itu menoleh dengan cepat.
Dihadapannya terlihat seorang gadis pucat yang tersenyum miring sambil menunjukkan handphone yang dicari sedari tadi.

"Si-siapa kau!? Kembalikan itu!" Wanita muda itu berusaha merebut handphonenya yang berada ditangan kiri si gadis. Tetapi gadis itu dapat menghindar dengan sigap.

"Maaf saja, aku masih ingin bersenang-senang tetapi waktuku tidak banyak, jadi langsung saja." Kata si gadis tanpa menghiraukan ucapan wanita itu.

*Syuuut~ DUAAAK!*
Gadis itu melempar handphone ke lantai- tidak, lebih tepatnya ia melempar agar benda itu bisa keluar melewati celah sempit dibawah pintu.
Lalu-

"Gotcha." Terdengar suara dari luar ruangan- tempat kedua orang tadi berada.

Wanita itu menatap tak percaya ke arah si gadis yang mulai mendekat.
"Apa maumu!? Kau hanya anak-anak! Pergi!!" Teriakan wanita itu semakin menjadi-jadi ketika ia melihat pisau besar yang dikeluarkan oleh si gadis dari saku dalam jaketnya.
Gadis itu berlari semakin mendekat-

*BRRUUK!* 
Si gadis mendorong wanita itu dengan keras hingga terjatuh menelungkup diatas tempat tidur. Walaupun cahaya diruangan yang remang-remang, wanita itu masih dapat melihat seringaian mengerikan di wajah si gadis dengan jelas.
*CRAAAAAASSHH!* satu tusukan dari belakang langsung tepat di jantung diberikan oleh gadis itu. 

"GYAAAAAAAAA" Wanita muda itu berteriak kesakitan.
"Ja-jangan!"

*Sreet* Gadis itu menarik rambut wanita tadi belakang dengan kejamnya hingga wajah kesakitan wanita itu terlihat dengan jelas.
"Aku hanya menuruti apa yang diperintahkan."
*DUAAAK!! KREEK!* Bunyi renyah yang menakutkan terdengar begitu menggema di ruangan itu. Si gadis  membanting kepala wanita itu ke tempat tidur dengan keras hingga membuat leher si wanita patah. 
"Aaa-" 
*SETT! SEEETT! KREK !CRAAAAASH!!* "Aa-...."
Gadis itu dengan kejamnya mencabut pisau yang ada ditubuh si wanita dan dengan cepat menusukkannya ke belakang kepala si wanita. Tempurung kepalanya pecah dengan cairan merah pekat yang langsung merembes keluar dengan lancar, terlihatlah isi kepala yang hancur itu. Setelah itu, tak ada suara lagi. Hanya sunyi didalam ruangan dengan seorang gadis yang menatap dingin mayat kaku seorang wanita muda.

...

Sebuah benda perak terlihat begitu mengkilat diruangan yang remang-remang itu. Jika lampu besar dalam ruangan dinyalakan, ruangan itu akan terlihat sangat mengerikan dengan ceceran darah dimana-mana dan dengan mayat seorang wanita yang tertidur kaku di tempat tidur dengan pisau yang menancap kokoh dikepalanya yang hancur.

***

"Tiidaaak!" Lelaki paruh baya itu berteriak pilu didepan mayat seorang wanita muda, ditangannya terdapat pisau tajam yang penuh darah.

"Anda harus segera ikut dengan kami." Kata seorang petugas polisi yang mengevakuasi tempat itu. Ia memborgol tangan lelaki itu, sementara petugas lainnya mengambil pisau di tangan si lelaki paruh baya dengan sapu tangan. 

Rumah itu terlihat ramai dengan garis wilayah polisi di depan rumah. Orang-orang berkerumunan- penasaran ingin melihat. Diantara kerumunan itu-
"Ckck, tragis.. kasihan sekali." Ucap salah satu gadis dengan nada suara yang rendah.

"Begitulah zaman sekarang, pembunuhan terjadi dimana-mana.." Balas seorang remaja lelaki dengan datar.

"Mengerikan." Tanggapan singkat dari gadis lainnya.

Bukan hanya mereka saja. Kerumunan itu juga ribut bergosip serta berargumen macam-macam. Sementara itu terlihatlah beberapa siluet yang baru saja keluar dari rumah itu yaitu seorang lelaki yang diborgol dan didampingi oleh tiga orang petugas didekatnya.
"Tidak, tidak! Sudah kubilang bukan aku pelakunya!" Lelaki yang diborgol itu terus menerus ribut juga memberontak, ia menyangkal semua tuduhan pembunuhan itu.
Suaranya mulai mengecil saat ia dimasukkan ke salah satu mobil polisi didaerah itu. Mobil itu berjalan dengan kecepatan sedang membawa si tersangka dan akhirnya menghilang di perbelokan.

***
TBC
(To Be Continued)

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images