KRL Story - "L"

18.44


Seorang lelaki menyuntikkan racun pelumpuh syaraf dan suntikan adrenalin, sedangkan dua perempuan yang menjadi partner nya memastikan ikatan di seluruh tubuh sang korban terikat kencang dan yang lainnya menyiapkan pisau, gergaji, dan benda tajam lainnya.
Cermin yang terpasang tepat diatas tubuh sang korban dipasang dengan tujuan agar korban dapat melihat semuanya. Dan juga suntikan adrenalin yang disuntikkan kepada korban sudah memberi efek terhadapnya. Ketiga orang tersebut sekarang sudah menyelesaikan tugas mereka masing masing. Secara bersamaan, mereka menatap tajam kepada korban. Tatapan sadis. Masing-masing dari mereka mengambil benda tajam. 
Menyayatkan satu-per-satu ke tubuh laki-laki yang menjadi korban mereka kali ini. Daging dan organ terlihat jelas di depan mata, cermin pun memantulkan bayangan sadis yang bisa disaksikan langsung oleh laki-laki yang menjadi korban. Potongan tubuh tercecer, bau amis darah menyebar, benda tajam yang menjadi saksi pembunuhan dan mutilasi kejam. Semua ada di ruangan itu. Tapi seperti biasa, sang pelaku hilang tanpa satu pun sidik jari tertinggal.

***

“Yosh! Ayo cepat bersihkan lapangannya!” Ace berteriak dari seberang lapangan. “Tch, omong kosong” gerutu Ragna. “Hei, aku mendengarnya!” balas Ace. Sementara Ragna dan tiga temannya yang lain membersihkan lapangan, Ace bersantai di bawah pohon rindang. 
Ace, Ragna, Katou, Lucy, dan Naoto. Mereka berlima sangat akrab, tak ada yang bisa memisahkan mereka bahkan orang tua mereka pun mendukung persahabatan mereka. Ace, bisa dibilang ketua mereka, dialah yang paling dewasa dari mereka berlima karena memang dialah yang tertua dari kawanan ini, kakak dari Ragna. Ragna, orang yang paling santai jika menghadapi masalah apapun itu, dia berwibawa, dan dewasa, mungkin melebihi kakaknya, Ace. Katou, perempuan yang pendiam, sedikit tomboy, seorang masokis, fujoshi(perempuan yang menyukai hubungan gay) dan lebih tua dari Ragna, Lucy dan Naoto. Lucy, perempuan dengan segala tingkah polah, tomboy, umurnya lebih tua daripada Naoto karena dia kakaknya, dan seorang fujoshi akut. Terakhir adalah Naoto, bisa dikatakan perempuan paling lembut dari kawanannya, dia juga cantik, terkenal karena perilakunya yang baik, adik dari Lucy.
“Ace! Hei, Ace! Kami sudah selesai!” Katou berteriak dari tengah lapangan dengan keringat menetes dari pelipisnya. “Hmm? Oh, baiklah kalian lumayan” balas Ace dan ia melanjutkan tidur siangnya. “Hah? Jadi kita membersihkan lapangan sebesar ini dengan tanpa alasan?” Lucy berteriak protes. “Om tua..” bisik Ragna. Naoto menenangkan mereka “Hei, mungkin ada baiknya membersihkan lapangan ini”. “Sudahlah, ayo ke tempat Ace. Dia bilang dia punya pengumuman untuk kita” Katou mendahului.
Naoto menepuk halus pundak Ace dan itu membuatnya terbangun, “Ada apa?” katanya. “Hmm? Ah, itu..” Ace melanjutkannya selagi dia meregangkan tubuhnya dan duduk, “Ada pekerjaan baru, mungkin ini akan menjadi lebih menyenangkan dari kemarin. Dan kalian tahu? Sang peminta adalah orang kaya, sangat kaya mungkin”. Semuanya tercengang, membayangkan berapa banyak uang yang mereka terima.
“Menyenangkan? Seperti apa?” Katou bertanya. “Kalian akan lihat sendiri. Yosh, kita bagi tugas kita..” Ace mengambil beberapa lembar kertas dari tas ranselnya, “Aku dan Naoto akan mengamati lokasi, sedangkan kalian bertiga seperti biasa”. “Tugas utama, huh?”. “Ah.. kuharap menyenangkan”. “Seperti apa orangnya kali ini, ya?”, Katou, Ragna, dan Lucy berkata bergantian.
“Kita akan mulai nanti malam pukul 1 pagi” kata Ace, seulas senyum tipis terukir di wajahnya.

***

Malam hari ini berawan dengan sinar rembulan mengintip dibaliknya, udara malam dan kabut dingin mencengkeram.
Dengan perlengkapan mereka di tiap-tiap tangan mereka, sekelompok orang itu berjalan santai beriringan di tengah jalanan kelam yang sepi, sampai akhirnya mereka tiba di tempat tujuan mereka. Setelah saling berhadapan, tersenyum, dan mengangguk bersamaan mereka menjalankan masing-masing tugas mereka. Sepasang berkeliling di luar, sisanya berjalan santai ke dalam.
Sepi, itulah keadaan di dalam. Masing-masing dari mereka berjalan ke arah yang berbeda, mereka siap. Perlahan-lahan mereka membuka ruangan yang akan mereka miliki, dan mereka menemukannya. Sekali lagi, kejadian ini akan terulang kembali.
Perempuan berumur sekitar 40 th-an tertidur lelap di ranjangnya, tak menyadari kehadiran lelaki yang masuk ke kamar tidurnya. Sang lelaki menyiapkan beberapa kain hitam lalu ia mengikat kain itu ke mulut hingga belakang kepalanya juga tangan dan kakinya. Ia masih belum bangun.
Lelaki itu mengeluarkan benda tajam, menggesekkannya ke pipi wanita tua hingga cairan merah keluar. Akhirnya, ia terbangun dan terperanjat oleh kehadiran lelaki tersebut. Ia menggeliat, mencoba melepaskan ikatan kain hitam tapi tidak berhasil.
“Ssht, diamlah jika tidak aku tidak bisa bermain” kata lelaki itu sambil menempelkan pisaunya ke  pergelangan tangan wanita tua. Wanita tua mencoba mereka-reka apa yang akan dilakukan oleh lelaki tersebut. “Baiklah, aku akan memulai permainannya. Ini  mungkin akan sedikit sakit, tapi tak apa bukan?” kata lelaki sembari tersenyum. Pisau yang dingin mengikis perlahan kulit tua wanita itu. Lalu, kejadian lainnya berlanjut kemudian.

***

Halaman depan koran pagi dihiasi oleh tiga foto kantong kuning besar yang aneh. ‘Tiga mayat yang terpotong’, begitulah judulnya. Satu keluarga telah dibantai dengan sadisnya, tubuh yang terpotong-potong. Begitulah, kejadian kemarin terulang kembali.

***

Ketika Lucy dan Naoto memasuki gerbang sekolah. Berita pembantaian itu telah menyebar dengan cepat.
“Hei, Katou! Boleh aku meminjam PR mu?” seorang gadis menghampiri Katou yang tengah mengobrol dengan Ragna dan Lucy. “Eh?  Baiklah” Katou memberikan catatannya kepadanya. “Kenapa kalian selalu bersama-sama?” tanya gadis itu. “Karena kami KRL” jawab Ragna cepat. “Ah, sudahlah. Bagaimana menurut kalian tentang pembantaian kemarin malam? Sadis sekali.” kata gadis itu sekali lagi. “Bagaimana bisa pembantaian terjadi sampai 2 kali minggu ini” komentar Lucy. “Ahahaha, mungkin sang pembantai sangat pandai. Hei, bagaimana menurutmu, Katou?” Ragna berkata lalu menyenggol lengan Katou. “Apa? Ah, mengenai itu... memang benar sang pembantai sangat pandai, dia membunyikan jejaknya dengan sempurna” kata Katou. “Eh, pendapat kalian sama denganku. Baiklah, aku pinjam dulu buku catatanmu, Katou!” gadis itu berlalu.
“Tch, perempuan menyebalkan” Lucy menggerutu. “Perempuan memang seperti itu. Oh, pengecualian untuk kalian berdua. Hahaha” Ragna tertawa. “Memang menyebalkan? Haha, aku setuju” Katou menimpali. “Katou, sepertinya perkataanmu tadi belum selesai. Bukankah kita juga pandai bersembunyi?” Ragna tersenyum.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images